Bell palsy mengacu pada kondisi di mana otot dan jaringan lunak wajah dipengaruhi oleh cedera kepala atau stroke yang parah. Kondisi ini juga disebut sebagai afasia. Bell palsy, juga dikenal sebagai facial palsy, adalah jenis facial palsy yang sangat umum, yang pernah dianggap sepenuhnya tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi (Idiopathic Facial Palsy). Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, Bell palsy sebenarnya bisa disebabkan oleh penyakit yang mendasari atau infeksi virus.
Gangguan ini merupakan akibat dari kerusakan sistem saraf yang memengaruhi saraf wajah. Meskipun kondisi ini dapat memengaruhi bagian mana pun dari wajah, gejala yang paling umum adalah wajah tics, mata terseret-seret, dan gerakan otot wajah yang kejang. Mayoritas orang yang mengalami kondisi ini berusia antara lima belas hingga tiga puluh empat tahun.
Sejumlah penelitian tentang penyebab kelumpuhan wajah telah dilakukan, dan para peneliti belum menemukan penyebab pasti gangguan ini. Beberapa peneliti percaya bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh kelainan pada sistem saraf pusat atau otak itu sendiri. Yang lain percaya bahwa itu adalah akibat dari cedera pada otak.
Meskipun gangguan ini tidak terjadi karena benturan langsung ke otak, dalam kasus yang jarang terjadi gangguan tersebut mungkin terkait dengan cedera otak traumatis. Dalam kasus ini, otak telah terpapar terlalu banyak guncangan selama waktu normal. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, masalah kesehatan lain seperti stroke atau epilepsi juga dapat terjadi.
Penelitian telah menemukan bahwa dua kemungkinan penyebab pertama adalah yang paling umum, sementara hanya sebagian kecil kasus yang dikaitkan dengan epilepsi. Faktor lain yang mungkin terkait dengan kelainan ini termasuk tekanan darah rendah, pertumbuhan otak yang tidak normal, atau tumor otak. Meskipun tidak ada penyebab yang terbukti untuk kelainan ini, kelainan ini dianggap turun-temurun.
Ada beberapa kelainan genetik yang mungkin menjadi akar penyebab kelainan ini, dan penelitian juga menunjukkan bahwa mungkin ada beberapa faktor lingkungan yang berkontribusi pada perkembangan kelainan ini juga. Beberapa faktor genetik yang mungkin termasuk Sindrom Fragile X, Sindrom Gut Leaky dan Sindrom Angelman.
Meskipun sebagian besar kasus Bell Palsy disebabkan oleh kerusakan otak akibat peristiwa traumatis, ada beberapa kasus di mana penyakit ini juga diyakini terkait dengan ketidakseimbangan kimiawi dalam tubuh. Ini lebih mungkin terjadi pada kasus trauma pada otak, seperti stroke atau cedera otak traumatis. Ketika bahan kimia di otak menjadi tidak seimbang, sel saraf bisa rusak yang menyebabkan Bell palsy.
Tidak ada cara nyata untuk mengetahui penyebab pasti dari kondisi ini, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa ada banyak kemungkinan penyebabnya. Perawatan yang tersedia untuk gangguan ini juga sangat bervariasi tergantung pada penyebab gangguan tersebut. Karena kelainan ini dapat mempengaruhi kehidupan seseorang secara serius, penting bagi orang tua untuk mencari pertolongan medis jika anak mereka mengalami gejala kondisi ini.
Untuk memahami kemungkinan penyebab Bell’s palsy, pertama-tama kita harus memahami otak dan bagaimana fungsinya. Otak merupakan bagian tubuh yang mengontrol semua fungsi dasar, termasuk pengontrolan otot. Ketika seseorang mengalami cedera otak kemampuan berpikirnya terganggu, mengakibatkan hilangnya kemampuan motorik.
Salah satu gejala yang diyakini dokter disebabkan oleh kematian saraf adalah ketika otak berhenti berfungsi dan berhenti mengirimkan sinyal ke otot. Gejala lain mungkin termasuk kedutan, otot kaku, dan kelemahan. Mungkin juga sulit bagi pasien untuk berjalan, menelan, berbicara, dan bahkan berbicara dengan benar. Gejala lainnya adalah pasien tidak dapat menggerakkan mata.
Setelah dokter mendiagnosis Bell’s palsy, sejumlah kemungkinan perawatan tersedia untuk kondisi tersebut. Beberapa di antaranya adalah fisioterapi, fisioterapi, dan pembedahan.